Oleh: Hariqo Satria, Penulis Buku Seni Mengelola Tim Media Sosial, CEO Global Influencer School dan Komunikonten.
PERSDA.COM – Saya tersentak ketika pakar branding Yuswohady, menyebut “SAMPAH VISUAL” untuk poster dari para Bacaleg.
Padahal isi posternya, ucapan selamat kepada Timnas U-22 yang berhasil mengalahkan Thailand dalam Final menegangkan pada Sea Games 2023 di Kamboja.
Yang Timnas Taklukkan Thailand loh, negara dengan sepakbola terkuat di Asia Tenggara, kita hajar 5-2,
Baca Juga:
Donald Trump Menang di Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Begini Reaksi dari Timur Tengah
Capres Donald Trump Gugat CBS dan Ajukan Keluhan ke Washington Post, Jelang Pemungutan Suara
Saya tidak setuju dengan Yuswohady. “Tolong jangan komen sebelum tuntas membaca alasan saya di bawah”.
Tapi sebaiknya teman-teman cermati dulu pendapat Yuswohady, yang diunggah di instagram pada 17 Mei 2023.
Berikut saya salin tempel (copy paste) tulisan dari akun @Yuswohady:
KEGAGALAN PERSONAL BRANDING CALEG. Menurut saya, ucapan2 selamat kemenangan Timnas sepak bola SEA Games ini adalah KEGAGALAN personal branding mereka.
Baca Juga:
Target Investasi Tahun 2025 Mencapai Sekitar Rp1.900 Triliun, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Start with WHY… Kenapa sih sering banget para caleg ini nampang di baliho, flyer, video TikTok, or carousel IG kalau ada Timnas menang.
Jawabannya;
PERSONAL BRAND nya kosong: kosong
COMPETENCE + kosong CHARACTER + kosong
VALUE PROPOSITION + Minim
POPULARITY + LIKEBILITY + ELECTABILITY + Defisit
KREATIVITAS alias semua fotonya MENGEPALKAN tangan 🤣🤣 + …and …Rodo NORAK 🙈..
Tapi nggak papa untuk lucu-lucuan Road to 2024 💪💪💪.
Baca Juga:
Anak Indonesia Tidak Boleh Lapar, Prabowo Subianto: Yang Tak Setuju Jangan Ikut Pemerintahan Saya
Kerja Sama Tim dan Keberanian Sangat Penting, Prabowo Kemahkan Para Menteri di Akmil Magelang
Antusiasme Warga Sapa Presiden Prabowo dan Menhan Sjafrie Naik Maung Usai Serah Terima Jabatan
Catatan: kata “SAMPAH VISUAL” disampaikan Yuswohady di kolom komentar postingannya.
Sekali lagi, saya tidak setuju dengan Yuswohady, berikut lima alasannya:
Pertama, kita tidak bisa menyimpulkan, bahwa seorang Bacaleg minim popularitas, likeabilitas, elektabilitas, kecuali setelah melakukan riset di dapil (daerah pemilihan) Bacaleg.
Nah Dapil itu sudah ditetapkan oleh KPU. Sangat mungkin, seorang Bacaleg DPRD yang menurut Yuswohady minim popularitas, ternyata sangat terkenal dan mengakar* di dapilnya.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Kedua, setiap orang, termasuk Bacaleg punya modal kompetensi, karakter, personal brand dan value proposition.
Jadi tidak kosong, kosong, kosong seperti kata Yuswohady. Poster dari para Bacaleg itu adalah jawaban atas pertanyaan masyarakat “Caleg kita siapa neh.
Ini kan cara tercepat membuat konten yang diharapkan masyarakat, hemat, ketimbang pasang iklan di koran setempat, ya kalau dapat tempat.
Tapi saran saya, kalau isi posternya hanya ucapan selamat dengan mengepalkan tangan alias kurang kreatif, sebaiknya diposting tepat setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir, seperti kata pepatah “Sedia poster sebelum hujan poster.”
Namun kalau telat juga tidak apa-apa kok, karena pasti ada saja orang yang mampir melihat akun kita.
Ketiga, saudara kita para Bacaleg itu juga punya pengikut, pendukung di media sosial dan di daerahnya masing-masing.
Poster ucapan selamat tersebut, merupakan cara sosialisasi, juga edukasi cinta tanah air kepada pendukung mereka.
Mungkin bagi mereka yang usianya 30 tahun ke atas, poster ucapan selamat pada Timnas biasa saja.
Tapi bagi yang berusia 13 – 30 tahun, poster yang dianggap “sampah visual” oleh Yuswohady, bisa jadi motivasi untuk ikut sekolah sepakbola (SSB), lebih giat berlatih dan disiplin, agar bisa mengharumkan nama Indonesia lewat olahraga.
Keempat, setelah 32 tahun menanti sejak 1991, sedih Timnas kalah di Final Sea Games 2011, 2013 dan 2019.
Maka kemenangan Timnas ini terasa begitu emosional, pertandingannya sangat super menegangkan, dan yang dikalahkan oleh Timnas Indonesia U-22 itu adalah Thailand.
Disitulah, saya merasa waktu postingan Yuswohady kurang pas. Justru energi positif dari keberhasilan Timnas U-22, perlu terus digaungkan oleh siapa pun.
Bisa dengan membuat konten, membagikan konten orang, berkomentar, like, love, apa pun lah.
Kelima, menurut saya, siapa pun Anda, entah Bacaleg, pelaku UMKM, konten kreator, silahkan saja memanfaatkan momentum kemenangan Timnas U-22 untuk mengenalkan diri, melariskan dagangan, membuat patung, mural, film dll.
Lakukan kritik Yuswohady soal kreatifitas, sering-sering melihat konten orang lain untuk meningkatkan imajinasi dan daya khayal, pelajari copy writing, editing serta bentuk tim media sosial.
Abaikan mereka yang bilang pansos, norak, lu yang norak. Terkadang mereka yang menuding pencitraan, sebenarnya juga sedang melakukan pencitraan.
Mari budayakan mengucapkan selamat untuk sebuah prestasi anak bangsa.
Jangan korupsi kalau terpilih jadi anggota DPRD, DPR, DPD, dan harus lebih aktif dari netizen dalam melakukan pengawasan.**