PERSDA.COM – Taman ini lebih banyak sepinya. Hanya ramai pada akhir pekan dipakai anak – anak bermain bola dan ibu – ibu ikut senam bersama dipandu seorang pelatih.
Para remaja dan dewasa muda berlari mengelilingi taman yang luasnya kurang lebih 25 meter kali 180 meter.
Di musim kemarau seperti saat ini, taman ini kurang memberikan kesejukan karena sedikitnya pohon besar.
Tempat ini disebut Taman Cornel Simanjuntak sesuai nama yang dipasang di depannya.
Baca Juga:
Erick Thohir Sebut Dana Rp277 Miliar Buat Timnas Cair Januari 2025 adalah Dukungan Penuh Prabowo
Di kanan kirinya ada jalan cukup dua mobil yaitu Jalan Tm. Cornel Simanjuntak Barat. Huruf – huruf di penunjuk nama jalan sudah luntur dan terkelupas.
Lalu di mana Jalan Tm. Cornel Simanjuntak Timur? Tentu di seberangnya meski tidak ada penunjuk atau papan namanya.
Taman Cornel Simanjuntak berada di Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur. Dahulu dikenal juga dengan nama lain yakni : Polonia.
Untuk menuju ke taman ini bisa masuk dari sebelah Gedung PFN yang kini sebagian lahannya dipakai rumah makan MacD dan KFC.
Baca Juga:
Dikabarkan Telah Tiba di Moskow, Presiden Suriah Bashar al-Assaddan dan Anggota Keluarganya
Sebanyak 52 Pejabat Kabinet Merah Putih Disebut Belum Serahkan LHKPN, Begini Penjelasan KPK
Soal Mantan Pacar Kaesang Pangarep Gunakan Jaket PDIP, Sekjen Hasto Kristianto Beri Penjelasan
Dari arah Kampung Melayu yakni Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista) belok ke kiri.
Saya tahu taman ini sejak dasawarsa 1970 karena waktu masih murid SD sering ke sini. Zaman dahulu sebagian Polonia merupakan kawasan elite.
Rumah – rumah gedong dengan pekarangan luas dan kanan kiri jalannya ditanami pohon, sehingga nyaman dilalui pejalan kaki.
Ahad pagi pekan ini saya olahraga jalan kaki di taman ini. Iseng – iseng saya bertanya pada 3 anak remaja putri mungkin usia SMP yang sedang santai berjalan.
Baca Juga:
Warga Kupang Optimistis dengan Program Makan Bergizi Gratis, Sambut Presiden Prabowo Subianto
Inilah 5 Manfaat Buah Naga bagi Kesehatan, Salah Satunya Melembabkan dan Mencerahkan Kulit
Usai Periksa Remaja Pelaku Pembunuhan Ayah dan Neneknya di Jaksel, Polisi Ungkap Hasil Tes Urine
“Dik, maaf”
“Iya oom,” kata seorang dari mereka.
“Kamu tahu nama taman ini?”
“Simanjuntak”, hampir berbarengan mereka menjawab.
“Tahu siapa dia?”
Kompak mereka menggelengkan kepala.
“Ayo siapa?”
Berpikir sebentar, yang pakai kaos merah menjawab, “tentara kali. Pahlawan perang dulu.”
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
“Kamu tahu lagu Maju Tak Gentar?”
“Tahu – tahu. Itu lagu 17 Agustus,” kata yang berkaos putih garis – garis hijau.
“Lagu Sorak Sorai Bergembira, tahu?”
Ketiganya diam.
Lalu saya nyanyikan sedikit lagu dan spontan mereka melanjutkannya.
“Kalau yang ini saya tahu cuma judulnya lupa”.
Jauh sebelumnya saya pernah bertanya pada seorang ibu yang menemani cucunya bermain di situ.
Ibu ini hanya mesem – mesem saat saya tanya tahu siapa Cornel Simanjuntak.
Kali berikutnya saya tanya hal yang sama kepada seorang yang mengaku mahasiswa.
“Hm mungkin. Ini kalau tidak salah Pak Cornel itu pahlawan dari Sumatera Utara. Itu saja yang saya tahu”
Saya yakin banyak dari kita tidak tahu siapa Cornel Simanjuntak yang namanya dijadikan sebagai nama jalan dan taman kecil atau taman setingkat kelurahan di Jakarta Timur.
Sepanjang pengetahuan penulis selain di Kelurahan Cipinang Cempedak, di Kota Pematang Siantar dan Yogya ada jalan yang diberi nama Cornel Simanjuntak.
Di Pematang Siantar, pada 1921 Cornel lahir. Dan Yogyakarta adalah kota tempat ia memberikan nyawanya untuk ibu pertiwi. 15 September 1946 pemuda Batak ini gugur.
Dalam pertempuran melawan pasukan Inggris di Jakarta, sebutir peluru bersarang di pahanya. Dari Jakarta akhirnya ia kembali ke Yogyakarta.
Tubuhnya digerogoti kuman – kuman TBC. Ia meninggal di Sanatorium Pakem – Yogyakarta.
Sebelum gugur anak muda ini telah menulis lagu, dua lagunya akan terus dinyanyikan sepanjang republik ini ada. Dinyanyikan dari generasi ke generasi tidak putus.
Cornel pernah menghirup udara kemerdekaan yang diperjuangkannya meski hanya 13 bulan.
Rasa gembiranya karena Indonesia telah merdeka diungkapkan lewat lagu yang ditulisnya “Sorak Sorai Bergembira”. Lagu dengan irama cepat dan riang.
Satu lagu yang paling populer adalah Maju Tak Gentar. Lirik lagu ini sangat kuat mengungkapkan keberanian untuk maju berjuang.
Siapa saja yang menghayati lirik dan irama lagu ini akan hanyut dalam perasaan untuk maju membela yang benar. Maju tanpa gentar membela Indonesia.
Judul lagu ini kemudian menjadi istilah yang dipakai di mana – mana untuk membakar semangat.
Meski lahir di Sumatera Utara, Cornel Simanjuntak bersekolah di Jawa yaitu di HIK Kolese Xaverius di Muntilan, Magelang untuk mendidik calon guru.
Dalam satu tulisannya, Frans Seda menyebut Cornel sebagai seniornya di sekolah itu.
“Seorang senior (dari Muntilan) ditunjuk untuk menjaga kami. Orangnya adalah Siman.”
“Nama lengkapnya Cornel Simanjuntak, komponis besar lagu – lagu nasional yang terkenal itu.”
Di sekolah ini anak – anak mendapat pendidikan musik dari Pastor J.Schouten, seorang Jesuit warga negara Belanda.
Lagu – lagu yang ditulisnya merupakan pengalaman batin dan fisik yang Cornel rasakan.
Lahir dari semangatnya mencintai bumi kelahiran yang sedang berjuang membebaskan diri dari penjajahan.
Saya melihat jam di HP. Pukul 08.11 WIB taman mulai sepi. Yang berolahraga satu demi satu telah kembali ke rumah masing – masing.
Angin musim kemarau terasa kering di kulit. Taman kembali sepi.
Oleh: Tonnio Irnawan, seorang yang sering berkunjung ke Taman Cornel.***